

Jakarta, CNBC Indonesia – Berbeda secara kepala negara lain yang menyerahkan selamat kepada presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden, Pemimpin Iran Hassan Rouhani malah menggenjot kekalahan Presiden AS Donald Trump.
Rouhani mengatakan pemerintahan Trump, yang dia tuduh bertujuan untuk menggulingkan Iran, telah “dihancurkan” oleh rakyatnya sendiri dalam pemilihan umum AS tahun ini.
Dalam pidato kabinet yang disiarkan televisi pada Rabu (11/11/2020), Rouhani mengatakan pemimpin Amerika saat tersebut, yang kalah dalam pemilihan pemimpin tetapi menolak untuk menyerah, kausa untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran “dengan konsepsi kekanak-kanakan dan delusi. ”
“Rezim dengan memimpikan kejatuhan Iran telah secara sendirinya dilengserkan secara hina, dan hari ini semua negara, kecuali beberapa yang selalu mengikuti pemerintahan, melihat keadaan yang berbeda pada depan mereka, ” kata Rouhani, dikutip dari Al Jazeera .
Rouhani juga menegaskan siapa pun yang menjadi presiden GANDAR tidak akan mengubah kebijakan Iran. Ia mengatakan tergantung pada GANDAR apakah akan menempuh jalur kebolehan atau tidak, termasuk apakah Daerah Paman Sam akan kembali ke perjanjian nuklir antara Iran & beberapa negara besar lainnya seolah-olah tahun 2015 lalu.
“Ini terserah mereka. Jika itu melaksanakan tanggung jawab mereka, mereka dapat memilih jalan baru, ” kata Rouhani.
“Kebijakan Republik Islam Iran sangat nyata, berdasarkan perdamaian dan stabilitas dalam kawasan, menghormati hak-hak bangsa, tak melanggar atau mencampuri urusan dalam negeri, memerangi terorisme, mengakhiri unilateralisme, dan berpegang pada kesepakatan dan kerja sama konstruktif. ”
Rouhani mengatakan akhir tadbir Trump menandakan penghapusan “faktor mengganggu” yang akan memungkinkan kawasan tersebut untuk lebih fokus pada kepentingannya, dan bagi Iran, untuk memiliki hubungan yang lebih baik secara tetangganya.
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan di dalam sebuah tweet bahwa “Trump telah pergi dalam 70 hari tetapi kami akan tetap di sini selamanya” dalam sebuah pesan pada tetangga Iran untuk berhenti “bertaruh pada orang luar” dan berpindah ke dialog untuk menyelesaikan masalah.
Pesan Zarif hadir sehari setelah laporan media mengucapkan AS merencanakan sanksi baru terhadap Teheran dalam koordinasi dengan Israel, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Agen Khusus AS untuk Iran Elliott Abrams berada di Israel di Minggu dan Senin untuk bersemuka Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membahas sanksi baru dan berikutnya akan melakukan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga diperkirakan akan menyelenggarakan perjalanan ke kawasan itu segera untuk mengkoordinasikan tindakan Iran.
Pemerintah AS pada 10 November menjatuhkan sanksi pada enam perusahaan dan empat orang karena diduga proliferasi senjata pemusnah massal dan memasok barang-barang sensitif ke sebuah perusahaan militer Iran.
Trump juga memecat Menteri Pertahanan Mark Esper dan dilaporkan mempertimbangkan untuk memecat pejabat pertahanan dan intelijen teratas lainnya. Jalan ini memicu kekhawatiran atas daya konflik di Timur Tengah, khususnya Iran, dalam waktu kurang daripada dua bulan sampai Biden menjabat sebagai presiden baru AS.
(sef/sef)